ARTICLE
TITLE

Pengaruh Populasi Mikroba pada Re-fermentasi terhadap Kualitas Biji Kakao Tanpa FermentasiThe Effect of Microbial Population at Re-fermentation on The Quality of Unfermented Cocoa Beans

SUMMARY

This study aimed to determine the effect of microbial populations on the quality of the cocoa beans produced. This research used unfermented cocoa beans and was then referenced by adding inoculum. Three fermentation techniques were applied in this research. First, control (A0), without the addition of inoculum. Second, S. cerevisiae inoculum (FNCC 3056), L. lactis (FNC 0086), and A. aceti (FNCC 0016), each around 108 cfu / g is given simultaneously at the beginning of fermentation (A1). Third, the gradual administration of S. cerevisiae inoculum (FNCC 3056) at the beginning of fermentation, L. lactis (FNC 0086) at 24 hours, and A. aceti (FNCC 0016) at 48 hours with the same microbial population as the second treatment (A3). Fermentation was carried out for five days. The results showed that after being rehydrated as much as 50% weight of the produced dried material, the cocoa beans' composition could be used as a fermentation substrate. The highest population of S. cerevisiae, L. lactis, and A. aceti from three treatments was observed at 24, 48, and 72 hours of fermentation.Keywords: cocoa beans quality, inoculum, re-fermentation, unfermented ABSTRAKTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh populasi mikroba terhadap kualitas biji kakao yang dihasilkan. Penelitian ini menggunakan biji kakao yang tidak difermentasi dan kemudian direferensikan dengan penambahan inokulum. Tahapan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut fermentasi biji kakao dengan 3 variasi teknik fermentasi yaitu perlakuan pertama (A0) tanpa penambahan inokulum (kontrol), kedua (A1) menggunakan inokulum S. cerevisiae (FNCC 3056), L. lactis (FNC 0086) dan A. aceti (FNCC 0016), masing-masing sekitar 108 cfu/g diberikan secara bersamaan pada awal fermentasi, ketiga (A2) pemberian bertahap inokulum S. cerevisiae (FNCC 3056) pada awal fermentasi, L. lactis (FNC 0086) pada 24 jam dan A. aceti (FNCC 0016) pada 48 jam dengan populasi mikroba sama dengan perlakuan kedua. Fermentasi dilakukan selama 5 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah direhidrasi sebanyak 50% dari berat bahan yang dihasilkan komposisi biji kakao dapat digunakan sebagai substrat fermentasi. Populasi S. cerevisiae, L. lactis dan A. aceti tertinggi dari tiga perlakuan pada 24, 48 dan 72 jam fermentasi.Kata kunci: inokulum, kualitas, re-fermentasi, tanpa fermentasi

 Articles related

Akbar Hamzah,Jamalam Lumbanraja,Supriatin Supriatin,Sarno Sarno,Riajeng Hanum Amalia,Catur Putra Satgada,Eldineri Zulkarnain,Tegar Rafshodi Awang,Wiwik Agustina    

Peningkatan produksi tebu banyak terkendala seperti rendahnya bahan organik dan hara makro N, P, K, Ca, dan Mg di tanah ultisol.  Karena di tanah ultisol kandungan kadar Al3+ yang cukup tinggi, dan kejenuhan basa yang rendah.  Penambahan pupuk ... see more


Retno Febriyastuti Widyawati,Ermatry Hariani,Andi Lopa Ginting,Elisabeth Nainggolan    

Tujuan penelitian ini menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi, populasi penduduk kota (urban population), dan keterbukaan perdagangan internasional (trade openness) terhadap emisi karbon dioksida (CO2) di Negara ASEAN. Penelitian ini menggunakan data p... see more


Nadya Nurlita,Sri Yusnaini,Kus Hendarto,M. A. Syamsul Arif    

Cacing tanah merupakan salah satu biota tanah yang sangat berperan aktif dalam indikator kesuburan tanah.  Pupuk organik dan pupuk hayati merupakan pensuplai hara yang dibutuhkan bagi tanah untuk tanaman dan aktivitas organisme di dalam tanah. ... see more


jefri ando sembiring,Andre Prasetya    

ABSTRAKTanaman bawang merah memiliki permasalahan yang cukup kompleks dalam mempertahankan jumlah produksi. Organisme penggangu tanaman (OPT) merupakan salah satu masalah penting dalam mempertahankan hasil tanaman. Tujuan penelitian ini adalah untuk meng... see more


Rosma Hasibuan,Dewi Retnosari,Nur Yasin,Purnomo Purnomo,Lestari Wibowo    

Ledakan populasi hama wereng jagungmerupakan fenomena baru di Indonesia khususnya di Provinsi Lampung.  Serangan hama ini telah menyebabkan tanaman jagung menjadi puso (hopperburn) dan menyebabkan gagal panen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetah... see more