SUMMARY
Munculnya era globalisasi, tanpa disadari telah menggerus elemen-elemen budaya bangsa yang telah diwariskan nenek moyang antargenerasi sehingga penting untuk menggali kembali kekayaan budaya-budaya lokal sebagai identitas keetnikan. Permasalahan utama yang dikaji yaitu leksikon penamaan hewan pada guyub tutur bahasa Mbojo di Dompu yang berawalan-Ka merujuk pada hewan-hewan dengan ukuran tubuh kecil. Adapun fokus kajian ini adalah khazanah leksikon penamaan hewan yang merepresentasikan kearifan lokal yang berbasis sumber daya lingkungan alam. Untukitudigunakan perspektif ekolinguistik kritis. Metode yang digunakan yakni pengamatan dan dokumentasi. Berdasarkan pembahasan awal, temuan kajian ini adalah sebagai berikut; 1) Kapanto artinya Udang, 2) Karawo artinya Tikus, 3) Kasanto artinya Belalang, 4) Kanggia artinya Semut, 5) Karoku artinya Nyamuk. Pelestarian tata nama yang mencirikan identitas keetnikan sangat penting dan menjadi bagian pelestarian bahasa dan budaya lokal sebagai upaya pencegahan kepunahan.