SUMMARY
Pemanasan global dapat menyebabkan perubahan iklim yang memiliki potensi dampak terhadap kesehatan. Faktor iklim sendiri merupakan faktor yang penting bagi berbagai jenis penyakit, salah satu pengaruh perubahan iklim adalah terhadap potensi peningkatan kejadian timbulnya penyakit yang ditularkan oleh nyamuk seperti malaria. Peningkatan insiden dan KLB malaria disebabkan oleh beberapa faktor yaitu, perubahan lingkungan fisik terutama curah hujan, suhu, kelembaban dan perubahan pemanfaatan lahan, termasuk kerusakan lingkungan. Penelitian dilakukan pada tahun 2010 dengan tujuan penelitian untuk melihat pengaruh perubahan iklim (curah hujan, suhu, kelembaban) terhadap kejadian penyakit malaria di Kabupaten Bintan Kepulauan Riau dan Kabupaten Banggai Propinsi Sulawesi Tengah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau selama lima tahun (tahun 2005-2009) kecenderungan insiden malaria terlihat mengalami penurunan, dengan kisaran antara 0,11‰ -2,28 ‰ sedangkan curah hujan cenderung stabil berkisar antara 42 mm - 874 mm, keadaan suhu cenderung meningkat berkisar antara 25,1 ºC – 27,9 ºC dan kelembaban cenderung stabil berkisar antara 75%-95%. Di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah selama sepuluh tahun (tahun 2000-2009) kecenderungan insiden malaria terlihat mengalami peningkatan, dengan kisaran antara 0,02‰ – 1,72 ‰ sedangkan curah hujan rata-rata berkisar antara 4 mm - 567 mm, keadaan suhu cenderung stabil berkisar antara 25,1 ºC – 29,3 ºC dan kelembaban udara cenderung stabil antara 67% - 86%. Kesimpulan kejadian malaria di dua kabupaten menunjukkan berfluktuasi dan tinggi pada bulan-bulan tertentu. Kejadian malaria menurut curah hujan menunjukkan Kecenderungan yang negatif, karena curah hujan tidak berpengaruh secara langsung terhadap kejadian malaria. Kecenderungan peningkatan insiden malaria, secara tidak langsung dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban, namun secara langsung berpengarh terhadap parasit malaria dan nyamuk sebagai vektor.