SUMMARY
Obesity is beginning in younger age. Studies showed built environment have an effect on increasing risk ofobesity. Knowing the relation between environments where people live is necessary to overcome thenutrition related health problems. This study is aimed to measure relationship between obesogenicenvironment and changing in Body Mass Index. This was a time series study. The study subjects consist ofgrade eleven and twelve of 70 and 47 senior high schools in South Jakarta. The senior high school wasdifferentiated as obesogenic environments and non obesogenic environment based on observation of theschool environment. There were 152 respondents aged 15-18 years with non obese nutritional status(BMI<30). There were twice data collections with 6 months interval. Data on socio-demographic wascollected by questionnaire. Body Mass Index (BMI) was calculated based on weight and height. Changingin BMI was categorized as increasing and decreasing compare to first measurement in the previous sixmonths. Bivariate and multivariate statistical test was conducted using logistic regression analysis. Thisanalysis noted that 90 (58.5%) subjects decreased their BMI and 64 (41.5%) increased their BMI.Obesogenic environment (adj.OR = 0.42; 95% CI= 0.21-0.84), riding car or motorcycle to/from school (adj.OR=0.25; 95% CI = 0.09-0.73) increased risk of decreasing BMI. Low self esteem increased the risk ofincreasing BMI (adj. OR = 2.54; 95% CI = 1.26-5.11). Obesogenic environment around school, type oftransportation were the risk factors of decreasing BMI in adolescent. While low self esteem was the riskfactor in increasing BMI in adolescent. Education is needed for the adolescent to motivate and increasetheir self esteem especially in coping problems so eating is not the way out. Obesitas dimulai pada usia yang lebih muda. Studi menunjukkan lingkungan memiliki efek peningkatanrisiko obesitas. Diketahuinya hubungan antara lingkungan di mana seseorang hidup adalah penting untukmengatasi masalah kesehatan gizi terkait. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antaralingkungan obesogenic dan perubahan Indeks Massa Tubuh (IMT). Penelitian ini merupakan studi timeseries. Subjek terdiri dari siswa kelas XI dan XII SMAN 70 dan 47 di Jakarta Selatan. Sekolah dibedakansebagai lingkungan obesogenic (SMAN 70) dan lingkungan non obesogenic (SMAN 47) berdasarkanpengamatan lingkungan sekolah terhadap jarak dan kepadatan restoran siap saji. Didapat 152 respondenberusia 15-18 tahun dengan status gizi tidak obese (IMT < 30). Pengumpulan data dilakukan dua kalidengan interval waktu enam bulan. Data sosio-demografi dikumpulkan dengan kuesioner. IMT dihitungberdasarkan berat dan tinggi badan. Perubahan IMT dikategorikan menjadi peningkatan dan penurunandibanding pengukuran pertama kali pada enam bulan yang lalu. Bivariat dan uji statistik multivariatdilakukan dengan menggunakan analisis regresi logistik. Hasil analisis menunjukkan terdapat 90 (58,5 %)responden mengalami penurunan IMT dan 64 (41,5%) responden mengalami peningkatan IMT.Lingkungan obesogenic (adj.OR= 0,42; 95% CI = 0,21- 0,84 ), dan mengendarai mobil atau motor dari/kesekolah (adj OR=0,25; 95 % CI = 0,09-0,73) berisiko terhadap penurunan BMI. Self esteem yang rendahberisiko terhadap peningkatan IMT (adj. OR = 2,54; 95 % CI = 1,26-5,11). Lingkungan obesogenic sekitarsekolah, jenis transportasi merupakan faktor penentu penurunan IMT pada remaja. Sementara self esteemyang rendah merupakan faktor penentu dalam meningkatkan IMT pada remaja. Bimbingan dan konseling diperlukan remaja untuk memotivasi dan meningkatkan kepercayaan diri mereka terutama dalammenghadapi masalah sehingga tidak menjadikan makan sebagai salah satu jalan keluar.