SUMMARY
Metilprednisolon merupakan glukokortikoid yang memiliki efek samping penurunan densitas mineral tulang (DMT). Tingkat kepatuhan berhubungan dengan terjadinya efek. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan penurunan nilai DMT dengan kepatuhan terapi metilprednisolon pada pasien artritis reumatoid dan lupus eritematosus sistemik. Penelitian ini dilakukan pada 43 pasien di Poliklinik Rheumatologi RSUD dr. Saiful Anwar Malang pada bulan Desember 2016–Januari 2017 dan termasuk penelitian deskriptif noneksperimental dengan analisis kualitatif dan kuantitatif menggunakan metode cross-sectional. Data diambil dari rekam medis pasien dan wawancara. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah perempuan berusia 31–50 tahun, menggunakan terapi metilprednisolon minimal selama 3 bulan serta memiliki data DMT. Kriteria eksklusi adalah menopause, riwayat fraktur tulang, merokok, mengonsumsi alkohol, sindrom cushing, hipertiroidisme, hiperparatiroidisme, gangguan kelenjar pituitari, dan osteoartritis serta mengonsumsi obat bifosfonat, heparin, anti-konvulsan, dan thiazid. Analisis data menggunakan uji korelasi Pearson dan regresi linier. Terdapat hubungan antara kepatuhan dengan area DMT Spine-L1 (r= –0,313; p=0,041), Spine-L2 (r= –0,349; p=0,022), Spine-L3 (r= –0,375; p=0,013), dan total spine (r = -0,380; p = 0,012). Metilprednisolon sensitif pada jaringan tulang trabekular yang menyusun area lumbar spine dibandingkan tulang kortikal. Hubungan rendah (r) antara tingkat kepatuhan dan DMT disebabkan sosial ekonomi, perawatan kesehatan, karakteristik penyakit, dan genetik. Kepatuhan terapi metilprednisolon menurunkan nilai DMT (lumbar spine) yang berakibat meningkatkan osteoporosis.