ARTICLE
TITLE

FLUKTUASI HARGA BAHAN PANGAN POKOK (BAPOK) DAN DAYA BELI KELOMPOK MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH

SUMMARY

Harga bahan pangan pokok cenderung meningkat selama 3 tahun terakhir dan diprediksi akan terus naik. Harga tersebut naik 5-12% per tahun selama tahun 1999-2011. Harga beras, gula dan daging ayam juga cukup berfluktuasi dengan Koefisien Keragaman masingmasing sebesar 13,7%, 10,0% dan 9,1%. Hasil analisis paritas impor juga menunjukkan bahwa perbedaan harga eceran domestik untuk beras dan tepung terigu dengan paritas impornya adalah 20,0% dan 59,4 %. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen tidak menerima harga yang seharusnya yang mungkin disebabkan oleh tidak efisiennya proses produksi dan distribusi serta struktur pasar yang kurang kompetitif. Namun demikian, kenaikan harga-harga tersebut tidak dapat dikompensasikan secara proporsional oleh kenaikan pendapatan beberapa kelompok masyarakat. Oleh karena itu analisis ini bertujuan untuk memberikan gambaran pengaruh dinamika harga bahan pangan pokok terhadap daya beli masyarakat berpendapatan rendah dengan metode rasio dan indeks. Hasil analisis menunjukkan khususnya pada krisis pangan tahun 2009, daya beli mereka turun 1–5%. Selama periode tersebut, daya beli buruh tani dan bangunan masing-masing turun 5% dan 3%. Bahkan, sejak tahun 2005 daya beli buruh manufaktur sudah mengalami penurunan. Prices of staple  foods  have been increasing for last three years and estimated to continue to rise. The prices have grown 5-12% annually during the period of 1999-2011. In particular, prices of rice, sugar and chicken meat were also considerably fluctuated with Coefficient of Variation (CV) of 13.7%, 10,0% and 9.1%, respectively. Additionally, import parity analysis shows that discrepancies between domestic retail price of rice and wheat flour and their import parity reached 20,0%  and 59.4%, respectively. This indicates that consumers receive higher prices than they should have due to inefficiency in production process, distribution and less competitive market structure. Nonetheless, the price hikes are not fully compensated by wage increase of low-income groups. In the period of 2009 food crisis, their  purchasing power declined by 1–5%. During the period, purchasing power of labors in agriculture and construction sector was declining by 5% and 3% respectively. Purchasing power of labors in manufacturing sector has even started declining since 2005.

 Articles related

Asmie Poniwatie    

Tujuan penelitian ini  untuk mengetahui pengaruh kebijakan deviden  terhadap harga saham pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) untuk PT Sekar Laut, dari perhitungan ... see more

Revista: Neo-Bis

I Dewa Gede Suryawan, I Gde Ary Wirajaya    

Pada era sekarang ini, banyak negara menaruh perhatian pada pasar modal karena memiliki peranan penting sebagai penguat ketahanan ekonomi suatu negara. Pasar Modal (capital market) adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak y... see more


Ni Made Sania Candradewi, Gerianta Wirawan Yasa    

Fluktuasi yang terjadi pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) biasanya disebabkan oleh berbagai faktor ekonomi, diantaranya adalah tingkat suku bunga SBI, nilai tukar Rupiah atas Dollar AS, dan indeks harga saham negara lai... see more


Dwi Sudaryati    

Laporan keuangan merupakan informasi akuntansi yang menggambarkan kondisi perusahaan yang sesungguhnya. Informasi akuntansi relevance apabila dapat mempengaruhi pengambilan keputusan penggunanya. Likuiditas, profitabilitas dan leverage merupakan informas... see more


sodik dwi purnomo,istiqomah istiqomah,lilis siti badriah    

The purpose of this research is to analyze the influence of oil prices fluctuations to Indonesia macroeconomics that is economic growth, inflation, and unemployment from 1988 to 2018. The data analysis technique uses Vector Autoregressive (VAR). The resu... see more