SUMMARY
Abstract Oncomelania hupensis lindoensissnail and its habitat has an important role in the transmission of schistosomiasis in Central Sulawesi, particularly in three isolated areas, Lindu valley, Napu valley and Bada valley. In a part of Schistosomiasis life cycle, inside the snail, Schistosoma japonicummiracidia will undergo a series of stages as sporocyst and cercaria. People are infected by cercaria, the infective stage of S. japonicum.This study were conducted to reconfirm the distribution of O. h. lindoensishabitats in Lindu valley area. The snails were searched and collected in the suspected habitat using ring-sample and man per minute methods by skilled staffs from VBDRU Donggala and Schistosomasis laboratory plus trained local people in the collections. Data on the distribution of snail habitats were recorded by using GPS. Snails and vegetation in the habitats were collected for further analysis in the laboratory. A total of 129 snail habitat were recorded in Lindu valley, consisting of 135 old foci and 1 new focus. In this area, a total of 61 foci are still active of snail habitats. Foci are distributed in several types of habitat, i.e. abandon rice fields, ditches, springs, dry farming, shrubs and forest. Each type habitat has a relative similar vegetation species. The infection rates of O. h. lindoensiswith cercariae in Anca, Tomado dan Puroo villages were 5.27%, 3.19% and 7.58% respectively. These results indicate that the Schistosomiasis transmission is still going on in Lindu valley.Keywords : Distribution, Oncomelania hupensis lindoensis, Habitat, Schistosomiasis, Lindu Valley, Sulawesi TengahAbstrakKeberadaan keong Oncomelania hupensis lindoensis dan habitatnya mempunyai peranan penting terhadap terjadinya penularan Skistosomiasis di Sulawesi Tengah, khususnya di 3 daerah endemis yang cukup terisolasi, yaitu Dataran tinggi Lindu, Dataran Tinggi Napu dan Dataran Tinggi Bada. Di dalam keong tersebut, mirasidium Schistosoma japonicum akan melakukan beberapa tahap perkembangan menjadi sporokista dan serkaria. Manusia akan sakit setelah terinfeksi oleh serkaria tersebut yang merupakan stadium infektif dari Schistosoma japonicum. Studi ini dilakukan untuk merekonfirmasi penyebaran habitat O. h. lindoensisdi wilayah Dataran Tinggi Lindu. Survey dilaksanakan dengan melakukan penyisiran ke daerahyang pernah teridentifikasi sebagai fokus keong O. h. lindoensis maupun penyisiran daerah baru yang diduga merupakan habitat yang cocok untuk perkembangbiakan O. h. lindoensis.Pada setiap fokus yang masih aktif, dilakukan koleksi keong secara sampling dengan 2 metode, yaitu metode ring-sample dan man per minute. Koleksi keong dilakukan oleh staf Balai Litbang P2B2 Donggala, Staf Laboratorium Skistosomiasis Lindu dan penduduk lokal yang telah terlatih untuk melakukan kegiatan survey keong O. h. lindoensis. Data distribusi habitat O. h. lindoensisdicatat dengan menggunakan GPS. Keong dan jenis tumbuhan penyusun fokus habitat juga dikoleksi untuk analisis lanjut di laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fokus habitat O. h. lindoensisyang ditemukan sebanyak 129 fokus, terdiri atas 60 fokus masih aktif, 75 fokus tidak aktif dan 1 fokus baru yang sebelumnya belum pernah ditemukan. Fokus-fokus tersebut terdistribusi di beberapa tipe habitat, yaitu sawah yang tidak diolah, parit/saluran air, mata air, kebun, semak belukar dan hutan. Setiap tipe habitat memiliki jenis vegetasi penyusun habitat yang relatif sama. Tingkat infeksi serkaria S. japonicum pada keong O. h. lindoensis di Desa Anca, Tomado dan Puroo, yaitu berturut-turut 5,27%, 3,19% dan 7,58% menunjukkan bahwa penularan Skistosomiasis di dataran tinggi Lindu masih terus terjadi.Kata kunci : Distribusi, Fokus, Habitat, Oncomelania hupensis lindoensis, Skistosomiasis, Dataran Tinggi Lindu, Sulawesi Tengah