ARTICLE
TITLE

CHARACTER EDUCATION DESIGNED BY KI HADJAR DEWANTARA

SUMMARY

Abstract:. Modern technology makes human life style also changesduring the development of the era. The exchange of information from one place to another becomes easier not only for national scoped but also the international scope. Moreover, it makes the foreign culture can easily enter Indonesia, imitated by society and then give impact to the life style of the society including human’s behaviour. It can be said that there is a moral swing in Indonesia nowadays. Many young people are not really enthusiastic in keeping their own culture. They tend to imitate other cultures, behave inappropriately, use illegal drugs, do free sex, bully each other, make genk, scuffle, and even kill people. One of the reasons of this morality crisis is the exemplary crisis. Adults who are supposed to be role models for the younger generation even provide bad examples such as doing corruption, being selfish and do individualist practices of corruption, collusion and nepotism, mutual checks, doing violence such as grabbing, punching and other crimes.Therefore, the government makes effort to overcome the moral crisis through character education or Budi pekerti education. Basically character education is not new concept, Ki Hajdar Dewantara has designed character education since a long time through its principles, foundations, concepts and teachings about Tamansiswa. The principles and teaching can be implemented to toddlers, children, and adolescents until adults. Through the method of literature analysis, this paper seeks to examine and explore more deeply about the character education which designed according to the teaching of Ki HadjarDewantara. Character education designed according to Ki Hadjar Dewantara applied through basic and teaching of Tamansiswa. Basic Tamansiswa includes Panca Dharma that is Nature of universe, Independence, Culture, Nationality and Humanity. While Tamansiswa teaching includes Tri Ngo (ngerti, ngroso, lan nglakoni), Tri N (niteni, niroke, nambahi), Tri Hayu) and most importantly the Trilogi Kepemimpinan (ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso, tutwuri handayani), all of them are implemented in Tri Pusat Pendidikan  (family, school and community). Abstrak: Teknologi modern membuat gaya hidup manusia juga berubah selama perkembangan zaman. Pertukaran informasi dari satu tempat ke tempat lain menjadi lebih mudah tidak hanya untuk lingkup nasional tetapi juga ruang lingkup internasional. Selain itu, membuat budaya asing dapat dengan mudah masuk ke Indonesia, ditiru oleh masyarakat dan kemudian memberi dampak pada gaya hidup masyarakat termasuk perilaku manusia. Dapat dikatakan bahwa ada ayunan moral di Indonesia saat ini. Banyak anak muda tidak benar-benar antusias dalam menjaga budaya mereka sendiri. Mereka cenderung meniru budaya lain, berperilaku tidak semestinya, menggunakan obat-obatan terlarang, melakukan seks bebas, saling menggertak, membuat genk, perkelahian, dan bahkan membunuh orang. Salah satu alasan krisis moralitas ini adalah krisis yang patut dicontoh. Orang dewasa yang seharusnya menjadi panutan bagi generasi muda bahkan memberikan contoh buruk seperti melakukan korupsi, menjadi egois dan melakukan praktik individualis korupsi, kolusi dan nepotisme, saling memeriksa, melakukan kekerasan seperti menyambar, meninju dan kejahatan lainnya. Oleh karena itu, pemerintah berupaya mengatasi krisis moral melalui pendidikan karakter atau pendidikan Budi pekerti. Pada dasarnya pendidikan karakter bukanlah konsep baru, Ki Hajdar Dewantara telah merancang pendidikan karakter sejak lama melalui prinsip-prinsipnya, yayasan, konsep dan ajaran tentang Tamansiswa. Prinsip-prinsip dan pengajaran dapat diimplementasikan untuk balita, anak-anak, dan remaja sampai dewasa. Melalui metode analisis pustaka, makalah ini berusaha untuk meneliti dan menggali lebih dalam tentang pendidikan karakter yang dirancang sesuai dengan ajaran Ki HadjarDewantara. Pendidikan karakter dirancang sesuai dengan Ki Hadjar Dewantara yang diterapkan melalui dasar dan pengajaran Tamansiswa. Tamansiswa Dasar meliputi Panca Dharma yaitu Alam semesta, Kemerdekaan, Kebudayaan, Kebangsaan, dan Kemanusiaan. Sementara ajaran Tamansiswa mencakup Tri Ngo (ngerti, ngroso, lan nglakoni), Tri N (niteni, niroke, nambahi), Tri Hayu) dan yang paling penting Trilogi Kepemimpinan (ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso, tutwuri handayani), semua dari mereka diimplementasikan di Tri Pusat Pendidikan (keluarga, sekolah dan masyarakat).

 Articles related

Hamidatul Ula, Suwarno Suwarno    

This study aims to describe the management of character education programs to improve students' religious attitudes in the era of information disruption. The research method used is a qualitative research method with a phenomenological approach. Data col... see more


Yudhi Septian Harahap,Nur Khafifah Indriyani,Saripah Aini,Ira Suryani    

For humans, character plays a crucial part in preventing them from leaving their sphere and entering that of servants. The purpose of this study is to examine how character values are taught in elementary school-aged children's Bidayah Hidayah novels in ... see more

Revista: Jurnal Basicedu

Hasrita Lubis,Nurhayati Nurhayati,Pulung Sumantri,Muhammad Ricky Hardiyansyah,Surya Aymanda Nababan,Muhammad Adika Nugraha    

The Datok Laksamana Institute for Typical Malay Songket Weaving in Langkat Dusun V Plantation Village, Tanjung Pura Langkat District, has been revitalized since 1986 by the Government through training for development. Directional development explores loc... see more


Seruni Widawati,Sugeng Nugroho    

This study aims to analyze the religious values contained in the Wahyu puppet show of Kang Cidra’s student play Nyi Lucia Siti Aminah Subanto which can be the basis for the development of pancasila character education. Religious values in Catholicism inc... see more


Nunung Nursyamsiah,Hikmah Maulani,Sofyan Sauri,Mad 'Ali,Rinaldi Supriadi    

The existence of the Multicultural class is an attraction, because not all schools dare to carry out the Multicultural class program in overcoming social inequalities that often occur. Cultural conflicts and violence in Papua, the assessment of the term ... see more