ARTICLE
TITLE

Manajemen Low Flow Anesthesia pada Pasien Kraniosinostosis dengan Hipertelorisme yang menjalani Four Box Wall Osteotomy, dan Eksisi Redundant Skin Fronto Nasal

SUMMARY

Kraniosinostosis merupakan kasus yang didagnosis di tahun pertama kehidupan dan dapat membutuhkan pembedahan pada usia muda. Kraniosinostosis merupakan salah satu bagian dari sindrom hipertelorisme dengan angka kejadian sebesar 20%. Anak laki laki 13 tahun dengan hipertelorisme yang sudah menjalani rangkaian operasi koreksi hipertelorisme sebelumnya. Pasien direncanakan operasi koreksi lanjutan berupa four box wall osteotomy yang merupakan koreksi bagian frontal berupa pelepasan kraniosinostosis di sutura koronal. Risiko perdarahan masif karena anak sudah besar serta operasi panjang menjadi penyulit. Tatalaksana jalan napas memerlukan modifikasi karena deformitas yang ada, penggunaan low flow anestesi untuk membantu menjaga suhu dan mengurangi penggunaan gas anestesi, manajemen cairan intraoperatif berupa kombinasi kebutuhan pemeliharaan dan penggantian perdarahan yang terjadi, serta tatalaksana nyeri pasca operasi pada anak menjadi pertimbangan lain. Penyulit covid-19 terjadi pada pasien sehingga membuat ekstubasi tertunda. Perdarahan masif memerlukan protokol transfusi masif untuk mendukung ketersediaan darah dalam waktu singkat. Produk darah PRC, FFP dan TC harus tersedia karena faktor koagulasi juga perlu diperhatikan. Manajemen anestesi pada hipertelorisme dengan tindakan four box wall osteotomy memerlukan kerja sama baik antara anestesi, bedah saraf, bedah plastik serta ICU anak untuk menurunkan risiko perioperatif termasuk kekhususan covid-19 di era pandemi. Low Flow Anesthesia Management Craniosynostosis Patient with Hypertelorism underwent Four Box Wall Osteotomy and Fronto Nasal Redundant Skin ExcisionAbstractCraniosynostosis is a case that diagnosed in the first year of life and can need surgical in young age. Craniosynostosis is a part of hypertelorism with incidence rate around 20%. Boy, 13 years old with hypertelorism had undergone multiple surgery for correction of hypertelorism before. Patient was planned to advance surgical correction of four box wall osteotomy which consist frontal part correction and part of it is release craniosynostosis in coronal suture. Risk of massive bleeding because patient already in teen age and length of surgery can be prolonged. Difficult airway management due to fascial deformity, use of low flow anesthesia to preserve temperature and reduce inhalation anesthesia usage, intraoperative fluid management in consideration maintenance and replacement blood loss and post operative pain management has become another consideration. Covid-19 as part of problems post operatively being known before extubation made the process is delayed. Massive bleeding needs massive transfusion protocol to speed up blood availability. Blood product such as PRC, FFP and TC should be available because coagulation factor is part of consideration. Anesthesia management in hypertelorism with four box wall osteotomy need good communication between anesthesiologist, neurosurgeon, plastic surgeon and pediatric intensivist to reduce perioperative risk including covid-19 in pandemic era.Key words: Low flow anesthesia management, craniosynostosis, hypertelorism, four box wall osteotomy 

 Articles related

Mahmud Mahmud,Sri Rahardjo,Rama Iqbal Mahendra,Titania Juwitasari,Siti Khamdiyah,Retno Koeswandari    

Nyeri merupakan pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan terkait dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial. Nyeri dapat terjadi saat preoperasi, durante, dan pascaoperasi. Pada umumnya, manajemen nyeri intra dan pascaoperasi menggu... see more


Clara Valentia Josephine,Muhammad Ramli Ahmad,Hisbullah Hisbullah,Abdul Wahab    

Analgesia multimodal adalah prinsip manajemen nyeri pascaoperasi. Penelitian ini merupakan uji klinis rancangan acak tersamar ganda. Tujuan penelitian ini membandingkan efek kombinasi analgesik tramadol dan deksketoprofen dengan tramadol dan parasetamol ... see more


Poppy Novita Rini,Mhd. Ihsan,Asmin Lubis    

Pentanyl patch dapat digunakan untuk manajemen nyeri pascabedah. Tujuan penelitian ini membandingkan efektivitas kombinasi fentanyl patch 12,5 µg/jam dan 25 µg/jam dengan ketorolak 30 mg intravena pada pascabedah ortopedi ekstremitas bawah dengan anestes... see more