SUMMARY
Kemiskinan masih menjadi ancaman terbesar anak tidak mendapatkan pendidikan yang layak, hal ini yang menjadi latar belakang dibentuknya Yayasan Sekolah Cinta anak Indonesia atau disingkat Sekoci. Sekoci adalah yayasan pendidikan nonformal yang dikenal sebagai tempat bermain dan belajar bagi anak-anak jalanan yang tinggal di pelataran kolong jembatan Cikini, mayoritas anak yang mengikuti Sekoci adalah pemulung, pengamen dan penjual tisu. Dalam melakukan pembinaan kepada anak marjinal agar mereka mau mengikuti arahan para relawan tentu bukanlah hal yang mudah, untuk itu diperlukan pola komunikasi yang tepat dan efektif untuk dapat membina anak-anak di sekitar jembatan kolong Cikini. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif untuk mengetahui pola komunikasi antara relawan dengan anak marjinal pada yayasan sekolah cinta anak indonesia. Berdasarkan hasil penelitian, relawan dengan anak marjinal pada yayasan sekolah cinta anak Indonesia menggunakan pola komunikasi primer, sekunder dan sirkular secara bergantian dalam proses interaksi komunikasi, hal ini terbukti efektif dalam menjalin kedekatan dan meningkatkan semangat belajar anak-anak marjinal di yayasan sekolah cinta anak Indonesia. Hasil penelitian di konfirmasi dengan menggunakan teori pertukaran sosial yang dicetuskan oleh Thibaut dan Kelley.