ARTICLE
TITLE

Yajna Sang Puput: Telaah Struktur dan Makna

SUMMARY

Puisi Bali modern yang berjudul Yajna Sang Puput karya I Dewa Ketut Soma merupakan salah satu dari kumpulan puisi Bali yang berjudul Pupute Tan Sida Puput. Puisi ini merupakan cermin sejarah Puputan Klungkung yang terjadi pada Selasa 28 April 1908. Berawal dari kisah ekspedisi Belanda yang handal dipimpin Letnan Kolonel Von Schauroth, yang membagi serangan Belanda atas tiga bagian utama dengan sasaran penyerbuan adalah benteng- benteng Kerajaan Klungkung. Hal ini dilakukan Belanda karena benteng Kerajaan Klungkung dipertahankan dengan kuat oleh laskar yang dipersiapkan secara baik dan rapi. Dari arah timur (Karangasem) kompi Angkatan Darat Belanda dipimpin Kapten Carpentier Alting yang bermarkas di Desa Lebu dengan kekuatan 110 serdadu, bertugas menyerang benteng Desa Satria hingga berhasil membuka pintu pertahanan Klungkung, sekaligus memberi peluang bagi pasukan bantuan yang bergerak dari Kusamba. Sementara pasukan gabungan Belanda dari arah selatan berhasil menerobos  benteng  Galiran dan Meregan yang berhadapan dengan laskar Klungkung yang dipimpin Cokorda Gelgel dan Dewa Agung Smarabawa. Laskar Klungkung yang mempertahankan benteng selatan ini berkekuatan lebih dari 1.000 prajurit dengan senjata bedil, tombak, keris, dan diperkuat dengan dua buah meriam (Sidemen, 2001:141). Dari arah barat (Gianyar), pasukan Belanda dipimpin Kapten Van Nues bermarkas di Tulikup. Pasukan Belanda yang lebih dahulu menyerang benteng barat, bertujuan untuk membendung musuh agar tidak dapat melarikan diri masuk ke wilayah Gianyar dan mencegah bantuan laskar dari kerajaan lain yang dikirimkan secara gelap ke wilayah Klungkung. Pasukan Belanda yang bergerak dari Tulikup ini berhadapan dengan laskar Banjarangkan yang dipimpin oleh Cokorda Gde Oka dan Cokorda Gde Raka.

KEYWORDS

 Articles related