SUMMARY
Keadaan gizi golongan rawan khususnya anak batita (bawah tiga tahun) dapat dipakai sebagai petunjuk keadaan gizi masyarakat. Penentuan status gizi biasanya dilakukan atas dasar pengukuran berat dan tinggi badan dengan menggunakan indeks berat menurut umur, berat menurut tinggi badan atau tinggi menurut umur. Prevalensi kurang gizi yang tinggi pada anak Batita menjadi petunjuk bahwa status gizi masyarakat tersebut masih rendah. Banyak faktor yang diduga mempengaruhi status gizi pada Batita, seperti faktor sosial, lingkungan dan penyakit infeksi. Untuk mengetahui seberapa jauh peran dari faktor-faktor tersebut di atas, dilakukan analisis data ini dengan menggunakan indeks anthropometri berat badan menurut umur.Sumber data yang digunakan adalah hasil Survei Kesejahteraan Keluarga Indonesia 1992 (IFLS). Penelitian ini bersifat cros sectional dan dilakukan di tujuh propinsi di Indonesia. Sebagai unit analisis adalah anak Batita (umur 1-3 tahun), dengan jumlah 1540 populasi.Hasil penelitian menunjukkan ada beberapa faktor yang berperan dalam status gizi anak antara lain adalah urutan kelahiran, pendidikan ibu, diare, panas dan jumlah anggota rumah tangga. Pola makan tidak mempengaruhi status gizi anak laki-laki ataupun anak perempuan. Besarnya anggota rumah tangga walaupun pada analisis bivariat memberikan pengaruh yang bermakna namun pada analisis multivariat tidak memberikan pengaruh yang bermakna, baik pada anak laki-laki ataupun perempuan. pada analisis multivariat untuk anak laki-laki hanya variabel unrutan kelahiran dan pendidikan ibu yang menunjukkan risiko yang bermakna. Sedangkan pada anak perempuan terdapat tiga variabel yang memberikan risiko yang bermakna yaitu urutan keluarga, diare dan panas.