ARTICLE
TITLE

RASIONALISASI PENGGUNAAN OBAT SIMPTOMATIK DAN OBAT LAIN YANG DIBERIKAN BERSAMAAN DENGAN OBAT ARTESUNATE-AMODIAKUIN PADA SUBYEK MALARIA DI DELAPAN PUSKESMAS SENTINEL KALIMANTAN DAN SULAWESI

SUMMARY

Background. Since 2004, Malaria Program in Indonesia has used Artemisinin Combination Therapy (ACT) to replace the chloroquine resistance. The recommended ACT is Artesunate dan Amodiaquine (AAQ) combination for uncomplicated falciparum malaria. To relieve side effects and clinical complaints of malaria , health workers usually gave  symptomatic and other drugs in addition to antimalarial drugs. Methods. The methodology implemented in this study was a cross-sectional study to evaluate symptomatic and other drugs given together with antimalarial (AAQ) to uncomplicated malaria subjects (patients) infected by falciparum, vivax and mixed (falciparum dan vivax) plasmodium. Data were collected from case report form in 6 months (July to December 2010) from 8 (eight) sentinels puskesmas (primary health centers) in North Sulawesi, Central Sulawesi, West Kalimantan and East Kalimantan. Results. Total number of cases (89,4%) were given symptomatic and other drugs in addition to antimalarial drugs. Symptomatic and other drugs that mostly given were antipyretic/analgesic (90.8%) and vitamin-mineral (70%). There seemed to be over-use of vitamin-minerals since the indication to giving those medications were not quite clear. Antibiotics were mostly given to subjects with gastrointestinal complaints such as nausea, vomiting, and abdominal pain. The administration of antibiotic for non-bacterial infection were  irrational. Antihistamines were given to 94,3% subjects without cold and flu, and this cases also be defined as inappropriate use of medicine. In addition, antacids were also given to 12,5 %  subjects  without gastrointestinal complaints to anticipate side effects of antimalarial. AbstrakLatar belakang.Tahun 2004 Program Pemberantasan Malaria mulai menggunakan ACT menggantikan klorokuin yang telah resisten. ACT yang direkomendasikan adalah kombinasi Artesunat dan Amodiakuin (AAq), untuk malaria falsiparum tanpa komplikasi. Untuk mengatasi efek samping obat malaria dan untuk mengurangi gejala klinik akibat penyakit malaria serta gejala klinik penyakit penyerta, maka tenaga kesehatan (Nakes) akan memberikan obat simtomatik atau obat lain selain obat malaria. Pemberian obat kadang-kadang tidak hanya satu jenis tetapi berupa kombinasi dari beberapa jenis obat. Metode.Desain penelitian cross-sectional (potong lintang) dengan jenis penelitian observasional non intervensi, untuk mengetahui obat simtomatik atau obat lain yang diberikan tenaga kesehatan selain obat terapi malaria dengan Artesunat-Amodiakuin (AAq). Subyek penelitian adalah semua pasien yang didiagnosis malaria falsiparum, vivaks dan infeksi campuran (falsiparum dan vivaks) tanpa komplikasi Pelaksanaan pengumpulan data dimulai dari bulan Juli sampai dengan awal Desember 2010. Tempat penelitian dilakukan di empat provinsi yaitu provinsi Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Timur dan Kalimantan Barat. Hasil.  Obat simtomatik paling banyak diberikan oleh Nakes adalah Antipiretik/analgesik sebesar 90,8% dan vitamin-mineral (70%). Vitamin-mineral diberikan tanpa indikasi jelas dan cenderung berlebihan.  Antibiotik  banyak diberikan pada subyek untuk indikasi gangguan saluran cerna (mual, muntah, nyeri abdomen) non-infeksi bakteri adalah cenderung tidak rasional. Antihistamin tercatat diberikan pada subyek tanpa keluhan batuk pilek dan ini termsuk pemberian obat yang tidak tepat. Ditemukan pemberian antasida dan antiemetik untuk subyek tanpa keluhan gangguan saluran cerna dalam upaya mengantisipasi efek samping obat malaria.

 Articles related

Ani Isnawati,Mariana Raini,S. R. MuktiningsihPEMANTAPAN METODA DAN PENETAPAN KADAR FENILPROPANOLAMIN PADA BAHAN CAMPURAN SIRUP OBAT BATUK DENGAN METODA KCKT    

Sirup obat batuk merupakan salah satu sediaan jadi yang mengandung beberapa zat khasiat seperti: asetaminofen, fenilpropanolamin, dekstrometorfan dan klorfeniramin maleat. Obat dapat dibcli masyarakat secara bebas. Salah satu persyaratan mutu obat adalah... see more


S. R. Muktiningsih,H. Syahrul Muhammad,I. W. Harsana,M. Budhi,Pandopotan PanjaitanREVIEW TANAMAN OBAT YANG DIGUNAKAN OLEH PENGOBAT TRADISIONAL DI SUMATERA UTARA, SUMATERA SELATAN, BALI DAN SULAWESI SELATAN    

Obat tradisional dikenal dan digunakan dalam sistem pengobatan dengan menggunakan obat alami, Bersifat pre scientific dan magicomistic, serta memiliki beragam konsep pengembangan sesuai dengan budaya setempat. Pada umumnya digunakan untuk pengobatan peny... see more


Mulyono Notosiswoyo,Sudibyo Supardi,Winarsih WinarsihPENGOBATAN SENDIRI TERHADAP SAKIT DEMAM, BATUT, PILEK, DAN PUSING DENGAN OBAT KIMIA DAN TRADISIONAL DI PEDESAAN    

Pengobatan sendiri adalah upaya yang dilakukan orang awam untuk mengatasi sakit atau keluhan yang dirasakan tanpa bantuan tenaga ahli medis/tradisional. Sakit (illness) merupakan keluhan yang dirasakan seseorang dan bersifat subjektif. Hal ini berbe... see more


Komariah Komariah,Wiwiek Poedjiastoeti,Rahmi Amtha,Sri Lestari,Eko Fibryanto,Aneizza Danya Puteri Roberto,Aristya Julianto Sidharta    

Indonesia merupakan negara yang amat kaya akan bahan alam yang penuh manfaat bagi kesehatan. Salah satu tanaman yang diketahui memiliki banyak manfaat adalah daun serai karena kandungan minyak atsiri di dalamnya. Diketahui bahwa salah satu bagiannya, yai... see more


Raharni Raharni,Sudibyo SupardiKAJIAN IMPLEMENTASI KEBIJAKAN WARUNG OBAT DESA (WOD): FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT    

Warung Obat Desa (WOD) based on SK Menkes No. 983/Menkes/VIII/2004 about WOD implementation guide. The objective of this study was to assess the implementation of WOD policy and to find the supporting factor and constraint of the success of WOD implement... see more