SUMMARY
Salah satu sektor pembangunan di Indonesia yang tidak bebas dari ancaman perubahan iklim adalah sektor transportasi udara. Oleh karena, perlu disiapkan strategi adaptasi dampak perubahan iklim. Bandara Hasanuddin Makassar berpotensi terkena dampak peningkatan suhu permukaan, kelembaban udara dancurah hujan dalam sepuluh tahun terakhir. Jika melihat data emisi gas polutan (non-GRK) terlihat bahwa polusi udara belum menjadi ancaman nyata. Namun ancaman yang akan segera dialami adalah berubahnya beberapa parameter meteorologis seperti suhu permukaan, kelembaban dan intensitas curah hujan. Berdasarkan data pemantauan oleh otoritas bandara memperlihatkan untuk rentang waktu 10 tahun sejak 2003 hingga 2013, telah terjadi kenaikan suhu permukaan rata-rata sebesar 10C. Kenaikan suhu permukaan ini juga diikuti kenaikan kelembaban pada rentang waktu yang sama sebesar 5%. Perubahan ketiga komponen iklim ini akan memberi dampak pada sistem penerbangan sehubungan dengan fenomena perubahan iklim. Melalui analisis risiko dan peluang untuk tiap perubahan komponen iklim, akan dapatditentukan dampak negatif dan dampak positif dari suatu fenomena cuaca dan iklim. Ancaman utama atau dampak negatip perubahan iklim bagi bandara Hasanuddin adalah potensi banjir, kekeringan, kebutuhan energi yang meningkat, rusaknya infrastruktur seperti runway, taxiway dan apron serta terganggunya operasional penerbangan akibat cuaca ekstrim. Strategi adaptasi yang tepat untuk bandara Hasanuddinantara lain dengan peningkatan kinerja sistem drainase, sumur resapan, penerapan efisiensi energi dan penggunaan energi ramah lingkungan, penerapan eco-office serta efisiensi proses dan prosedur kerja dalam pelayanan penumpang di bandara.Kata kunci : bandar udara, adaptasi, perubahan iklim