ARTICLE
TITLE

Persepsi Siswa Sekolah Menengah Atas di Purwokerto terhadap Gelombang Budaya Korea (Korean Wave) dan Implikasinya bagi Ketahanan Budaya Daerah

SUMMARY

ABSTRAK Penelitian ini berangkat dari kondisi global akan tingginya intensitas penyebaran budaya Korea yang mulai menggeser dominasi Westernisasi. Saat ini, Korean Wave atau Hallyu merupakan bentuk globalisasi budaya versi Asia yang sangat kuat penyebarannya di Indonesia. Penelitian ini hendak membahas mengenai persepsi siswa sekolah menengah atas (SMA) di Purwokerto menghadapi Korean Wave dan implikasinya bagi ketahanan budaya daerah.Metode penelitian yang digunakan dalam artikel ini adalah metode campuran (mix method), yaitu kuantitatif dan kualitatif, dengan menggunakan metode survei, wawancara dan focused group discussion (FGD). Penulis melakukan survei kepada para siswa dari satu SMA negeri dan dua SMA berbasis agama di Purwokerto dengan penyebaran kuesioner. Penulis juga melakukan wawancara dan FGD dengan para guru, Kabid Budaya Disporabudpar Kabupaten Banyumas, dan perwakilan Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Tengah Wilayah X.Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketahanan budaya lokal diperlukan sebagai upaya penguatan karakter budaya bangsa menghadapi penyebaran budaya Hallyu yang masif. Bagi siswa SMA di Purwokerto, menjadi bagian dari masyarakat global tidak berarti harus kehilangan identitas budaya lokal. Para siswa SMA di Purwokerto masih memiliki ketahanan individu dalam unsur-unsur budaya lokal, seperti pengungkapan gaya bahasa dan asas-asas kekeluargaan dalam masyarakat. Selain itu, satu hal penting yang perlu ditingkatkan untuk memupuk ketahanan budaya daerah adalah unsur penghayatan terhadap kesenian lokal. ABSTRAK Penelitian ini berangkat dari kondisi global akan tingginya intensitas penyebaran budaya Korea yang mulai menggeser dominasi Westernisasi. Saat ini, Korean Wave atau Hallyu merupakan bentuk globalisasi budaya versi Asia yang sangat kuat penyebarannya di Indonesia. Penelitian ini hendak membahas mengenai persepsi siswa sekolah menengah atas (SMA) di Purwokerto menghadapi Korean Wave dan implikasinya bagi ketahanan budaya daerah.Metode penelitian yang digunakan dalam artikel ini adalah metode campuran (mix method), yaitu kuantitatif dan kualitatif, dengan menggunakan metode survei, wawancara dan focused group discussion (FGD). Penulis melakukan survei kepada para siswa dari satu SMA negeri dan dua SMA berbasis agama di Purwokerto dengan penyebaran kuesioner. Penulis juga melakukan wawancara dan FGD dengan para guru, Kabid Budaya Disporabudpar Kabupaten Banyumas, dan perwakilan Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Tengah Wilayah X.Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketahanan budaya lokal diperlukan sebagai upaya penguatan karakter budaya bangsa menghadapi penyebaran budaya Hallyu yang masif. Bagi siswa SMA di Purwokerto, menjadi bagian dari masyarakat global tidak berarti harus kehilangan identitas budaya lokal. Para siswa SMA di Purwokerto masih memiliki ketahanan individu dalam unsur-unsur budaya lokal, seperti pengungkapan gaya bahasa dan asas-asas kekeluargaan dalam masyarakat. Selain itu, satu hal penting yang perlu ditingkatkan untuk memupuk ketahanan budaya daerah adalah unsur penghayatan terhadap kesenian lokal. 

 Articles related

Nunung Nuraenih    

Residents of Gegesik 2 Public Middle School are all Muslim, the results of observations of students' daily behavior have not shown Islamic culture. In general, PAI teachers in Gegesik 2 Public Middle School in Cirebon Regency have fulfilled the requireme... see more


Sugiarti Rachim,Hendra Gunawan    

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia merevitalisasi Museum Etnobotani Indonesia menjadi Museum Nasional Sejarah Alam Indonesia (Munasain) dengan tujuan meningkatkan profesionalisme dalam diseminasi. Munasain merupakan salah satu obyek wisata di Kota Bogor,... see more


Desy Ratnasari,Hana Panggabean,Rustono Farady Marta    

ABSTRAKKebijakan affirmative action 30% kuota perempuan, merupakan langkah strategis mengatasi diskriminasi dan ketidaksetaraan bagi perempuan untuk berpartisipasi dalam dunia politik.  Namun demikian perempuan masih menghadapi kendala dom... see more


Faridah Sahari,Rahah Hasan,Terry Lucas,Nur Farziana Angat,Zahraa Farhana Hasbi    

This paper investigates the use and application of material culture study methods to document and organise the cultural collections of the Saribas Malay community in Betong Division, Sarawak. The main objective of the study is to identify the Saribas Mal... see more

Revista: Akademika

Anggaunita Kiranantika,Titis Dwi Haryuni    

Warung kopi merupakan tempat ngongkrong bagi kalangan masyarakat untuk menikmati secangkir kopi panas. Budaya ngopi menjadi rutinitas yang harus dilakukan oleh kaum laki-laki. Pemilik warung memutar otak dengan menggunakan perempuan sebagai daya tarik me... see more