ARTICLE
TITLE

PENGGUNAAN SUMBER KALSIUM DARI CANGKANG TIRAM, KEPITING DAN REMIS TERHADAP MOULTING DAN PERTUMBUHAN UDANG VANAME, Litopenaeus vannamei Muliani Muliani,Saiful Adhar,Rachmawati Rusydi,Erlangga Erlangga,Prama Hartami,Munawwar Khalil,Dian Laili

SUMMARY

Penggunaan sumber kalsium sintetik dengan ukuran partikel yang relatif besar di tambak diduga menyebabkan ketidaksempurnaan moulting pada budidaya udang vaname, Litopenaeus vannamei. Salah satu sumber yang berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan kalsium selama proses moulting adalah limbah cangkang dari biota perairan budidaya lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan sumber kalsium dari cangkang moluska yang berbeda terhadap performa moulting dan pertumbuhan udang vaname. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus-September 2021 bertempat di Laboratorium Hatchery dan Teknologi Budidaya Fakultas Pertanian, Universitas Malikussaleh. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) non-faktorial dengan empat perlakuan tiga ulangan, yakni: A (penambahan tepung cangkang tiram 75 mg/L), B (penambahan tepung cangkang kepiting 75 mg/L), C (penambahan tepung cangkang remis 75 mg/L), dan D (kontrol), masing-masing tiga ulangan. Tahapan-tahapan dalam membuat tepung yaitu pencucian, penjemuran, penumbukan, pengayakan, dan pembuatan nannokalsium (furnace). Parameter yang diamati selama penelitian antara lain: jumlah individu moulting, kecepatan moulting, laju pertumbuhan harian, dan kandungan kalsium cangkang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan terbaik terdapat pada perlakuan A (penambahan tepung cangkang tiram 75 mg/L) menghasilkan jumlah individu moulting sebesar 77,50%; kecepatan moulting 2,00 hari; laju pertumbuhan harian 3,31%; dan tingkat sintasan 93,33%. Penelitian ini menghitung bahwa 1 ha tambak udang membutuhkan 6 kg tepung cangkang untuk mencukupi kebutuhan kalsium udang budidaya. Parameter kualitas air tambak yang diukur (suhu, pH, oksigen terlarut, salinitas, dan amonia) menunjukkan nilai optimal untuk pertumbuhan udang vaname. Penelitian ini menyimpulkan bahwa kalsium dari cangkang tiram paling baik dalam meningkatkan proses moulting udang vaname dan merekomendasikan penggunaannya sebagai alternatif sumber kalsium untuk menggantikan kalsium dari batu gamping.The use of synthetic calcium sources with relatively large particle sizes in brackishwater ponds is suspected of causing moulting imperfection in cultured Pacific white shrimp, Litopenaeus vannamei. One of the sustainable sources to supply calcium needs during the moulting process is the shell waste from other farmed aquatic biota. This study aimed to evaluate the use of calcium sources from different mollusk shells on the moulting and growth performance of Pacific white shrimp. The research was conducted between August-September 2021 at the Hatchery and Cultivation Technology Laboratory, Faculty of Agriculture, Malikussaleh University. The study used a non-factorial completely randomized design (CRD) with four treatments, namely: the addition of A (75 mg/L oyster shell flour), B (75 mg/L crab shell flour), C (75 mg mussel shell flour), and D (control, 0 mg/L of shell flour) in the rearing media with three replications. The shell flour was transformed into nano-calcium via different production stages. The parameters observed during the study included: number of moulting individuals, moulting rate, daily growth rate, and shell calcium content. The results showed that the best treatment was in treatment A (addition of oyster shell flour 75 mg/L) resulted in the number of moulting individuals of 77.50%; moulting rate of 2.00 days; daily growth rate of 3.31%; and a survival rate of 93.33%. This study calculated that 1 ha of shrimp pond required 6 kg of shell flour to sufficiently supply the calcium demand of cultured shrimp. The measured ponds’ water quality parameters (temperature, pH, dissolved oxygen, salinity, and ammonia) showed optimal values for the growth of Pacific white shrimp. This study concludes that calcium from oyster shell has the best in improving the moulting process of Pacific white shrimp and recommends its use as an alternative source of calcium to replace calcium from limestone.

 Articles related

Kamaruddin Kamaruddin,Usman Usman,Asda Laining    

Salah satu bahan nabati yang perlu dievaluasi sebagai bahan pakan untuk kepiting bakau adalah daun murbei yang mengandung protein cukup tinggi dan hormone ecdisterone yang penting untuk proses molting krustase. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapat... see more


Muhammad Marzuqi,I Nyoman Adiasmara Giri,Tony Setiadharma,Retno Andamari,Wawan Andriyanto,Ni Wayan Widya Astuti    

Ikan bandeng (Chanos chanos Forsskal) merupakan jenis ikan laut yang mempunyai nilai ekonomis dan komoditas unggulan perikanan. Untuk menanggulangi kendala kualitas benih bandeng yang kurang baik maka perlu disiapkan induk bandeng berkualitas b... see more


Zafril Imran Azwar,Irma Melati    

Kulit ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) dipertimbangkan sebagai bahan baku pakan yang potensi ketersediaannya sangat tinggi. Di Indonesia produksi ubi kayu mencapai 20 juta ton/tahun dan 23% dari nilai tersebut adalah kulit ubi kayu. Tertarik... see more


Estu Nugroho,Saepudin Saepudin,Mochamad Bajar    

Penelitian penggunaan benih nila hasil pemuliaan dalam skala usaha telah dilakukan dengan menggunakan keramba jaring apung (KJA) petani yang ada di daerah Waduk Jatiluhur (Ir. H. Djuanda) Jawa Barat. Dua perlakuan yang digunakan yaitu: benih ni... see more


Tristiana Yuniarti,Titik Susilowati,Ozan Faozi    

Ikan tawes merupakan jenis ikan air tawar yang mempunyai potensi besar untuk dibudidayakan. Percepatan waktu produksi benih ikan tawes dapat dilakukan dengan merangsang pertumbuhan melalui aplikasi recombinant growth hormone (rGH) dalam pakan. Penentuan ... see more