ADAQ MASSORONG KAPPAR PADA MASYARAKAT PAMBOANG DI MAJENE: PERSPEKTIF NILAI BUDAYA ISLAM

Rahmawati Rahmawati, Mastanning mastanning, Ummul Khair

Abstract


Tulisan ini bertujuan mendeskripsikan nilai-nilai Islam dalam tradisi massorong kappar pada masyarakat pesisir di Desa Tinambung Pamboang. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan menggunakan data lapangan. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara (interview) kepada pelaku tradisi, dan melakukan kajian literatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilainilai
Islam dalam tradisi massorong kappar diurutkan berdasakan proses pelaksanaannya. Sebelum pelaksanaan, dianjurkan diucapkan kalimat tayyibah syahadatain, istighfar, dan selawat. Perempuan memasak harus dalam keadaan suci dan menggunakan jilbab atau pakaian tertutup. Proses pertama
merendam beras dengan membaca tawassul lalu tallu sura’ (Surah Al-Ikhlas, surah Al-Falaq, dan surah  An-Nas). Kedua membentuk tiga sokkol (ketan) seperti gunung dengan warna yang berbeda. Bacaan surah disesuaikan warna sokkol. Filosofi sokkol berwarna hitam menyimbolkan tanah, artinya manusia diciptakan dari tanah dan surah Al-Ikhlas bermakna seluruh manusia hanya menggantungkan usaha dan harapannya kepada Allah Swt. Sokkol berwarna kuning dibacakan surah Al-Falaq sebagai simbol angin atau udara karena ayat-ayat tersebut tersirat makna bahwa manusia membutuhkan udara untuk bernafas. Selain itu, angin juga bisa menjadi sarana kekuatan negatif berupa sihir yang dihembuskan melalui angin. Adapun sokkol putih dibacakan surah An-Nas sebagai simbol air sebab memiliki arti sangat penting di mana air merupakan sumber kehidupan. Ketiga, memilih tallun rupa loka (tiga macam pisang) bermakna kesuburan manusia dan segan mati sebelum berjasa. Keempat memilih tello manu kappung (telur ayam kampung) bermakna dengan ukuran kecilnya mampu sukses dan memiliki manfaat serta bermakna bahwa manusia dapat mengatasi segala halangan dan rintangannya. Kelima, kappar bermakna kebersamaan, gotong royong, penghormatan, dan pemberian gelar. Dalam tradisI massorong kappar dilakukan dengan makna segala tindakan baik harus diawali dengan ucapan yang baik. Bertawakal atas segala yang dilakukan dan memohon ampunan apabila terjadi kekhilafan.


Keywords


Adaq massorong kappar; budaya lokal; budaya Islam; nilai religius; nilai filososfis.

References


al-Habshy, A. i. (n.d.). Simt ad-Durar.

Ahmad. (2021, Juli 0). Beras yang digunakan dalam Massorong Kappara. (Rahmawati, Interviewer)

Ansaar. (2014). Budaya Spiritual Makam Datuk Sulaiman Kabupaten Luwu Utara. Makassar: Pustaka Refleksi.

Bruinessen, M. V. (1994). NU Tradisi Relasi-relasi Kuasa Pencarian Wacana Baru. Yogyakarta: LKiS.

Endraswara, S. ( 2006). Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan: Ideologi Epistemologi dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Widyatma.

Gazalba, S. (1978 ). Asas Kebudayaan Islam . Jakarta: PT. Bulan Bintang.

Hadi, S (2006). Seni dalam Ritual Agama. Yogyakarta: Pustaka.

Haji Abdullah, A. R. (1990). Pemikiran Ummat Islam di Nusantara: Sejarah dan Perkembangannya Hingga Abad ke-19. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, Kementerian Pendidikan Malaysia.

Hasjmy, A. (1975). Sejarah Kebudayaan Islam . Jakarta : PT. Bulan Bintang.

Hattab, M. (2017, Juni 9). Penamaan Massorong Kappara. (Rahmawati, Interviewer)

Hattab, M. (2017, Juni 9). Prosesi Massorong Kappara. (Rahmawati, Interviewer)

Haviland, William A, & R.G Soekadjo. (1985). Antropologi I, Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Herusatoso, B. (1985). Simbolisme dalam Budaya Jawa. Yogyakarta: Hanindita

Hermi, & Subair, H. A. (2021, Juli 11). Efek Positif dalam menyikapi sebuah tradisi. (Rahmawati, Interviewer)

Husnia. (2021, Juli 10). Alat dalam Prosesi Massorong Kappara. (Rahmawati, Interviewer)

Jalil. (2021, Juli 10). Makna Simbolik Beras Ketan yang ada dalam tradisi Massorong Kappara. (Rahmawati, Interviewer)

Kasman. (2021, Juli 10). Prosesi Tardisi Massorong Kappara. (Rahmawati, Interviewer)

Lauer, R. ( 2003). Perspective on Social Change . In Alimandan. Jakarta: Rineka Cipta.

Minsawarwati, W. (2002). Mitos Merapi dan Kearifan Ekologi. Yogyakarta: Kreasi Wacana

Moren, F. J. (1985). In A. Adullah, Agama dan Akal Pikiran: Naluri Rasa Takut dan Keadaan Jiwa Manusiawi, (p. 121). Jakarta: PTRajawali Press.

Purnama, (2014). Kerajaan Gowa Masa demi Masa Penuh Gejolak. Makassar: Arus Timur, 2014.

Programs, F. B. (1973). Ensiklopedi Umum. Yogyakarta: Kanisius.

Satori , D., & Komatiah, A. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Scheuer, J. (1985). Inculturation; Lumen Vitae, International Review of Religious Education. Washington: International Center for Studies in Religious Education.

Schmitt, M., Branscombe, N., & Diane M. (2003). Attitude Toward Group-Based Inequality: Social Dominance or Social Identity. British Journal of Social Psycholog, Vol 43, 2003, 161-162.

Soekanto, S. (2006). Pokok-pokok Sosiologi Hukum. Raja Grafindo Persada.

Soeroso, A. (2008). Sosiologi I. Jakarta: Yudhistira Quadra.

Sunanto, M. (2003). Sejarah Islam Klasik: Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam. Bogor: Kencana.

Syahid , A. (2019). Nusantara: Sejarah Indonesia. In B. Vlekke, Relasi Agama-Budaya dan Tendensi Kuasa Ulama (pp. 6-7). Jakarta: Rajawali Press.

Daftar Informan

Ahmad. (60 tahun). 2021. Tokoh masyarakat. Wawancara. Majene 9 Juli 2021

Hattab, M. (57 tahun). 2020. Tokoh Agama dan Budaya. Wawancara. 2020 juli 9.

Hermi Asmat. (57 dan 58 tahun). 2021. Ketua BPD. 11 Juli 2021.

Husnia (54 tahun). 2021. Tokoh Masyarakat. Wawancara. 10 Juli 2021.

Jalil (67 tahun). 2021. Ketua RW dan Wakil Imam Dusun Tappbanual. Wawanaca. Juli 10 2021

Kasman. (65 tahun) 2021. Imam Mesjid Tappabanua. Wawancara 10 Juli 2021.




DOI: https://doi.org/10.36869/pjhpish.v8i2.275

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2022 Pangadereng : Jurnal Hasil Penelitian Ilmu Sosial dan Humaniora

 

 

 

 

 

 

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Atribution 4.0 International.