KONSELING KELOMPOK DENGAN PENDEKATAN EKSISTENSIAL-HUMANISTIK UNTUK MELATIH PENYESUAIAN DIRI MELALUI RANDAI DARI MINANGKABAU [GROUP COUNSELING USING AN EXISTENTIAL-HUMANISTIC APPROACH TO DEVELOP SELF-ADJUSTMENT COMBINED WITH THE EXPRESSIVE ARTS TECHNIQUES OF RANDAI OF MINANGKABAU]

Afra Hasna

Abstract


Group counseling is a group therapeutic activity to help the counselee identify problems, find alternatives using problem- solving and decision-making, and then act. The existential-humanistic approach in group counseling aims at influencing the counselee to focus on human nature, including the ability to be self-aware, self-determined, and responsible. For clients that need help with self-adjustment, counseling can be combined with the expressive arts techniques of Randai (a folk theatre tradition of the Minangkabau ethinic group in West Sumatra). The application of Randai can be done at the working stage. Using Randai, clients can be trained to be cautious, compact, cooperative, diligent, and optimistic.

ABSTRAK: Konseling kelompok merupakan kegiatan terapeutik berkelompok guna membantu konseli mengidentifikasi, menemukan alternatif pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dan mewujudkannya. Pendekatan eksistensial-humanistik dalam konseling kelompok bertujuan mempengaruhi konseli berfokus pada sifat manusia mencakup kesanggupan untuk menyadari diri, bebas menentukan nasib sendiri, dan bertanggungjawab. Dalam praktik konseling dikolaborasikan dengan kegiatan randai dari Minangkabau sebagai upaya melatih penyesuaian diri. Penerapan randai dilaksanakan pada tahap kerja (working stage). Dalam randai, klien dilatih bersikap hati-hati, kompak, kerjasama, tekun dan optimis.


Keywords


expressive arts; group counseling; existential-humanistic approach; self-adjustment; Randai; Minangkabau; konseling kelompok; pendekatan eksistensial-humanistik; penyesuaian diri



DOI: http://dx.doi.org/10.19166/pji.v15i1.1071

Full Text:

PDF

References


Achmad, A. K. (1980). Ungkapan beberapa kesenian: teater, wayang, dan tari. Jakarta, Indonesia: Direktorat Kesenian, Proyek Pengembangan Kesenian.

Ellis, A. (1955). New approaches to psychotherapy techniques. Journal of Clinical Psychology, 11(3), 207-260. https://doi.org/10.1002/1097-4679(195507)11:3<207::aid-jclp2270110302>3.0.co;2-1

Esten, M. (1983). Indonesia dan Minangkabau: Eksistensi dalam perubahan. Horison, 18(2).

Harun, C. (1992). Kesenian randai di Minangkabau. Jakarta, Indonesia: Proyek Pembinaan Media Kebudayaan.

Hurlock, B. E. (1999). Perkembangan anak jilid 2. Jakarta, Indonesia: Erlangga.

Kayam, U. (1984). Semangat Indonesia: Suatu perjalanan budaya. Jakarta, Indonesia: PT. Gramedia.

Kemendikbud (2016). Panduan operasional penyelenggaraan bimbingan dan konseling Sekolah Menengah Pertama (SMP). Jakarta, Indonesia.

Maslow, A. H. (1968). Toward a psychology of being. New York, NY: Van Nostrand Reinhold.

Paisley, P. O., & Young, R. E. (2007). What a school administrator needs to know about expressive arts and play media in school counseling. In C. Dykeman (Ed.), Maximizing school guidance program effectiveness: A guide for school administrators & program directors (pp. 105-109). CAPS Press.

Poerwadarminta. (1983). Kamus umum bahasa Indonesia. Jakarta, Indonesia: Balai Pustaka.

Prayitno, P. (2004). Layanan bimbingan kelompok dan konseling kelompok. Padang, Indonesia: Universitas Negeri Padang.

Winkel, W. S. (1987). Bimbingan dan praktek konseling dan psikoterapi. Jakarta, Indonesia: PT. Gramedia.


Refbacks

  • There are currently no refbacks.




Copyright (c) 2019 Afra Hasna

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.


favicon Faculty of Education | Universitas Pelita Harapan | Lippo Karawaci, Tangerang, Indonesia, 15811 | Tel +62 21 5466057 | Fax +62 21 5461055