ARTICLE
TITLE

Hubungan korioamnionitis dengan Asfiksia Neonatus pada kehamilan dengan ketuban pecah dini.

SUMMARY

Latar Belakang:KPD merupakan masalah penting yang dapat menempatkan ibu dan anak pada risiko infeksi. Infeksi sekunder secara asenderen dapat terjadi pada KPD yang kemudian dapat menyebabkan  desiduitis, korioamnionitis ataupun infeksi pada janin. Korioamnionitis dapat dikaitkan dengan rendahnya kesejahteraan bayi saat lahir yang dinilai dengan skor APGAR, kebutuhan untuk resusitasi pada saat kelahiran, dan kejang neonatal. Tujuan: Mengetahui hubungan korioamnionitis dengan Asfiksia Neonatus pada kehamilan dengan ketuban pecah dini. Metode:Penelitian ini merupakan penelitian observational dengan desain belah lintang. Subyek penelitian adalah 31 ibu hamil dengan KPD disertai korioamnionitis yang melahirkan di RSUP Dr. Kariadi dan rumah sakit jejaring pendidikan pada Februari – Juni 2017 yang dipilih secara consecutive sampling.Terhadap subjek penelitian dilakukan pengambilan data identitas, karakteristik obstetri dan skor APGAR, lalu diambil sampel kulit ketuban untuk diperiksa adanya korioamnionitis secara histopatologis.Uji statistik menggunakan Uji Gamma. Hasil: Dari seluruh subjek penelitian, 71% (n=22) pasien KPD mengalami korioamnionitis sedangkan 29% (n=9) lainnya tidak mengalami korioamnionitis. Sebesar 100% pasien tidak memiliki bayi asfiksia pada korioamnionitis tingkat 1 (n=2) dan tingkat 2 (n=1). Pada korioamnionitis tingkat 3, sebesar 91,7% (n=11) pasien tidak memiliki bayi asfiksia dan 8,3% (n=1) pasien memiliki bayi asfiksia ringan-sedang. Pada korioamnionitis tingkat 4, sebesar 85,7% (n=6) pasien tidak memiliki bayi asfiksia dan 14,3% (n=1) pasien memiliki bayi asfiksia berat. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara korioamnionitis  denganasfiksia neonatus dengan nilai p sebesar 0,210 ( p > 0.05). Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara korioamnionitis dengan asfiksia neonatus pada kehamilan dengan KPD. Kata kunci: Asfiksia Neonatus, Ketuban Pecah Dini, Korioamnionitis

 Articles related

Hadian Widyatmojo, Lisyani Budipradigda Suromo    

Latar belakang : Diabetes Mellitus (DM) dengan kondisi hiperglikemik kronik  dapat mengakibatkan gangguan sistem kardiovaskular dan peningkatan  mortalitas. Hemoglobin terglikosilasi (HbA1c) merupakan salah satu parameter untuk pengendalian DM.... see more


Ade Delpita, Indranila Kustarini Samsuria, Herniah Asti Wulanjani    

Latar belakang: Kondisi Chronic kidney disease (CKD) dapat terjadi proses inflamasi dan aterosklerosis akan melibatkan marker inflamasi, disfungsi endotel Soluble vascular cell adhesion molecule-1 (sVCAM-1), asam urat (AU) dan peran elektrolit magnesium ... see more


Eriawan Agung Nugroho, Muhamad Azwin Kamar, Ardy Santosa, Nanda Daniswara, Sofyan Rais Addin    

Latar Belakang : Transplantasi ginjal diakui sebagai kemajuan utama pengobatan modern yang memberikan kehidupan berkualitas tinggi kepada pasien penyakit ginjal stadium akhir (End Stage Renal Disease). Waktu iskemik dingin /Cold Ischemic Time (CIT) telah... see more


Emelia Wijayanti, Purwanto Adipireno    

Pendahuluan: Sindrom koroner akut (SKA) merupakan masalah kardiovaskular utama yang menyebabkan angka perawatan dan kematian yang tinggi. Enzim jantung seperti troponin dan Creatinin Kinase-MB (CKMB) dilepaskan ke peredaran darah dan meningkat pada infar... see more


Sudarwati Nababan, Maritjie Fransina Papilaya, Muchlis Achsan Udji Sofro    

Latar belakang : Maluku Tenggara berada pada peringkat ke-2 tertinggi kasus HIV/AIDS dari 11 kabupaten di Maluku. Ibu rumah tangga di Wilayah Kerja Puskesmas Kolser  rentan tertular HIV dari suaminya. Rumah tangga daerah ini 40% tidak tinggal bersam... see more